Cara memblokir aplikasi melalui Windows Firewall


Windows Firewall adalah perangkat lunak personal firewall – yang disediakan oleh Microsoft bagi para pengguna Sistem Operasi Windows besutan mereka. Windows Firewall disertakan sejak Windows XP pertama dijual pada Oktober 2001, dimana didalamnya terdapat firewall terbatas yang diberi nama ”Internet Connection Firewall”. Namun, perangkat lunak ini jarang digunakan karena tidak diaktifkan oleh pengguna karena belum familiar dan ketidaktahuan.

Setelah worm Blaster dan Sasser menyerang sejumlah komputer berbasiskan Sistem Operasi Windows pada 2003, Microsoft mengeluarkan Service Pack 2 untuk meningkatkan kemanan Windows XP, diantaranya dengan “Windows Firewall”. Kemudian perangkat lunak tersebut tetap disediakan secara default pada rilis-rilis Sistem Operasi Windows berikutnya hingga kini yang terbaru Windows 101.

Salah satu fungsi Windows Firewall dimaksudkan untuk keperluan memblokir aplikasi pada komputer yang pada masa tertentu meminta untuk pembaharuan (update). Jika kita menginstal sebuah aplikasi, biasanya opsi pembaharuan akan diatur secara default. Agar hal tersebut tidak mengganggu kenyamanan, apalagi jika kita tidak perlu melakukan pembaharuan – maka bisa dimatikan melalui Windows Firewall.

Untuk melakukan pemblokiran aplikasi dengan Windows Firewall, setidaknya  ada 2 cara yang bisa digunakan. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Mengkonfigurasi melalui Microsoft (Windows) Service Console
  • Untuk membuka Windows Firewall melalui Microsoft (Windows) Service Console bisa kita lakukan dengan menggunakan kombinasi tombol (Windows + R) sehingga akan muncul kotak dialog Run. Lalu, ketikkan “wf.msc” kemudian tekan Enter – (muncul jendela Windows Firewall dalam Advanced Security).
  • Berikutnya klik “Outbound Rules” (jendela sebelah kiri), lalu klik “New Rule” (sisi kanan)
  • Selanjutnya pada jendela “New Outbound Rule Wizard” pilih “Program > Next” 
  • Klik pada tombol “Browse” untuk menelusuri path file program atau bisa mengetik secara manual nama file dari program yang ingin di blok, kemudian klik “Next”
  • Di jendela “Action” pilih “Block the connection > Next”
  • Pada jendela Profile, centang semua pilihan
  • Pada jendela "Name" beri nama aturan baru sesuai dengan keinginan dan klik “Finish
2. Mengkonfigurasi melalui Control Panel
  • Masuk ke “Control Panel” lalu pilih “System and Security” 
  • Pada bagian “Windows Firewall” pilih “Allow a program through Windows Firewall”. 
  • Beri tanda centang pada nama aplikasi. Anda bisa mencari nama program yang hendak di blok yang tidak terdapat pada daftar dengan klik tombol “Change Settings” pada pojok kanan atas dari tampilan list program kemudian klik tombol “Allow another program” lalu klik tombol “Browse” lalu klik “Add” setelah memilih program yang ingin kita blok. 



Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah sangat lumrah menggunakan teknologi komputasi dalam berbagai kegiatan kita. Pada tingkat desktop kita tentu sangat familiar dengan Sistem Operasi keluaran Microsoft yaitu Windows. Dimulai dengan yang paling booming pada masanya Windows XP :D

Hari-hari ini, Sistem Operasi besutan Microsoft telah berkembang dengan sangat baik. Baik dari segi kemanan, kenyamanan dan kehandalan. Yang terbaru dari seri Windows adalah Windows 10.
Ketika memasang aplikasi pihak ketiga yang banyak sekali varian dan jenisnya untuk keperluan komputasi sehari maupun dunia kerja, Microsoft menyediakan library bagi para pengembang untuk stabilitas aplikasi-aplikasi yang mereka kembangkan agar bias berjalan dengan baik pada platform Sistem Operasi Windows. Berangkat dari sini, semenjak menggunakan Windows 8/8.1 library yang disediakan secara default ketika pemasangan adalah Net Framework versi 4.xx dan yang lebih baru. Pada kenyataannya, dilapangan masih bannyak aplikasi pihak ketiga yang masih menggunakan Net Framework versi 3.xx atau yang lebih lama.

Masalah yang muncul kemudian adalah, cara memasang paket Library tersebut. Dimana pada Windows 8/8.1 dan Windows 10 cara memasang paket Library tersebut sedikit berbeda dengan versi Windows yang lebih lama. Pada Windows yang lebih lama, kita dapat mengunduh master paket tersebut secara terpisah dan memasangnya seperti memasang aplikasi pihak ketiga lainnya. Semua serba biasa. Namun, pada Windows 8/8.1 dan Windows 10, hal tersebut sedikit berbeda atau bahkan membingungkan bagi pengguna yang awam.


Untuk mengaktifkannya, pada Windows 8/8.1 dan Windows 10 memiliki 2 cara. Pemasangan secara online dan offline. Kita akan bahas satu-persatu :D

1. Mengaktifkan Net Framework secara Online

Untuk memasang paket library Net Framework 3.xx dan versi yang lebih lama secara Online kita dapat mengaksesnya dari Control Panel.

Berikutnya kita masuk pada menu Program


Dari menu Program, akan ada menu Programs and Features. Kita lihat pada sub-menunya kita pilih pada Turn Windows features on or off sehingga akan keluar tampilan seperti berikut

Pada kotak kecil disampingnya, kita lakukan klik sehingga muncul tanda yang menunjukkan dia telah terpilih, maka Windows akan secara otomatis mengunduh serta memasang paket Library tersebut.

2. Mengaktifkan Net Framework 3.xx secara Offline

Berbeda dari cara yang sebelumnya, mengaktifkan fitur Net Framework versi 3.xx dan yang lebih lama secara Offline tidak membutuhkan jaringan internet. Namun, kita diwajibkan memiliki master Windows sesuai versi yang terpasang pada computer, baik berbentuk kaset, USB Boot atau ISO yang telah di mount. Sehingga akan terlihat seperti tampilan berikut

Berikutnya kita buka Command Prompt (CMD) dalam mode Administrator dari menu start yang di klik kanan

Kemudian ketikkan perintah seperti 
dism.exe /online /enable-feature /featurename:NetFX3 /All /Source:F:\sources\sxs /LimitAccess
 tanpa tanda kutip seperti yang terlihat pada gambar berikut


PS: huruf ‘F’ yang diberi tanda panah merah diganti sesuai dengan drive-letter master Windows yang tampil pada computer masing-masing.

Tekan ‘enter’ setelah mengetikan perintah diatas tersebut pada Command Prompt untuk menjalankannya dan tunggu hingga selesai (The operation completed successfully.) seperti yang terlihat pada gambar berikut

Catatan: ketika melakukan cara yang kedua, yaitu mengkatifkan Net Framework secara Offline, kita harus menonaktifkan sementara anti-virus yang ada di computer kita. Karena entah kenapa, proses pemasangan tersebut akan gagal karena di blokir oleh antivirus seperti yang saya alami ketika melakukan penginstalan computer di berbagai tempat.

Demikian cara mengaktifkan Net Framework pada Windows 8/8.1 dan Windows 10 baik secara Online maupun secara Offline. Bila ada pertanyaan silahkan berkomentar dengan baik dan sopan.

Terimakasih telah berjunjung ke Blog ini. J
Dulu pada saat komputer kali pertama diperkenalkan orang tidak akan mengira bahwa suatu saat komputer yang berukuran besar bisa diberada diatas meja dan ditenteng kemana kita pergi. Bahkan generasi palmtop sudah bisa tampil di atas telapak tangan. 

Beberapa waktu lalu para ilmuwan di Pusat Penelitian di Almaden telah  berhasil  menjalankan  kalkulasi  komputer-kuantum yang paling rumit hingga  saat  ini. Mereka  berhasil  membuat  seribu triliun  molekul yang didesain khusus dalam sebuah tabung menjadi sebuah komputer  kuantum 7-qubit  yang  mampu  memecahkan  sebuah versi sederhana perhitungan  matematika  yang  merupakan  inti dari banyak di antara sistem kriptografis pengamanan data (data security cryptographic system).

Keberhasilan ini memperkuat keyakinan bahwa suatu saat komputer-komputer kuantum akan mampu memecahkan problem yang demikian kompleks  yang selama ini tidak mungkin dapat dipecahkan oleh superkomputer-superkomputer yang paling hebat meski dalam tempo jutaan tahun  sekalipun.

Dalam  edisi  jurnal  ilmiah  Nature  yang  terbit  beberapa waktu lalu, sebuah tim bersama-sama mahasiswa tingkat graduate dari  Unversitas Stanford melaporkan demonstrasi pertama dari "Algoritma Shor" sebuah metode yang dikembangkan tahun 1994 oleh ilmuwan AT&T  Peter Shor untuk menggunakan komputer kuantum yang futuristis untuk menemukan faktor-faktor dari sebuah bilangan. Bilangan-bilangan yang diperkalikan satu dengan yang lain  untuk  memperoleh  bilangan  asli.  Saat ini, pemfaktoran (factoring) sebuah bilangan besar masih terlalu sulit bagi komputer konvensional meskipun begitu mudah untuk  diverifikasi. Itulah sebabnya pemfaktoran bilangan besar ini banyak digunakan dalam metode kriptografi untuk melindungi data.

Sebuah komputer kuantum mendapatkan kemampuannya dengan memanfaatkan sifat-sifat kuantum tertentu dari atom ataupun nukleus yang memungkinkan mereka bekerja bersama sebagai suatu bit kuantum, atau "qubit", yang berfungsi sebagai prosesor sekaligus sebagai memori pada waktu yang sama. Dengan  mengarahkan interaksi-interaksi di antara  qubit-qubit, sementara mereka terus diisolasikan dari lingkungan eksternal. Para ilmuwan berhasil membuat sebuah komputer kuantum menjalankan kalkulasi-kalkulasi tertentu, seperti pemfaktoran, dengan kecepatan yang secara eksponensial lebih tinggi dibandingkan  komputer konvensional. Bila kita menggunakan komputer konvensional untuk melakukan pemfaktoran bilangan-bilangan besar, setiap penambahan digit akan melipatduakan waktu yang dibutuhkan untuk menemukan faktor-faktornya. Sebaliknya, waktu untuk melakukan pemfaktoran dengan menggunakan komputer kuantum hanya akan bertambah panjang secara konstan bila sebuah digit ditambahkan ke bilangan yang akan difaktorkan tersebut.

Sebagai contoh  Algoritma Shor yang paling sederhana adalah menemukan faktor-faktor untuk  bilangan  15,  di mana membutuhkan sebuah komputer kuantum dengan tujuh qubit.  Para  ahli  kimia mendesain dan menciptakan sebuah molekul yang memiliki tujuh putaran nukleus. Nukleus dari lima atom fluorin dan dua atom karbon yang dapat berinteraksi satu dengan yang lain sebagai qubit, dapat diprogram dengan menggunakan denyut-denyut  frekuensi radio dan dapat dideteksi melalui peralatan resonansi  magnetis nuklir (nuclear magnetic resonance, atau NMR) yang mirip dengan yang banyak digunakan di rumah-rumah sakit dan laboratorium-laboratorium kimia.

Para  ilmuwan IBM mengontrol sebuah tabung kecil (vial) yang berisikan satu miliar-miliar  (10  pangkat 18) dari molekul-molekul ini untuk mengeksekusi algoritma Shor dan mengidentifikasikan secara tepat 3 dan 5 sebagai faktor 15.  Meskipun jawaban  ini  mungkin kelihatan sangat sepele, kontrol yang dibutuhkan untuk  mengatur  tujuh  putaran  dalam kalkulasi ini menjadikan komputasi kuantum  ini  komputasi yang paling rumit yang pernah dijalankan hingga saat ini.

Potensi perkomputeran kuantum (quantum computing) demikian besar serta  kemajuan-kemajuan  yang  telah  dicapai  beberapa waktu terakhir ini sangatlah  menggembirakan,. Namun demikian tentu saja kita  masih  harus menunggu bertahun-tahun lagi sebelum  dapat melihat komputer kuantum tersedia secara komersial.  Komputer-komputer kuantum berbasis NMR ini masih merupakan eksperimen di laboratorium. Aplikasi-aplikasi perkomputeran kuantum yang pertama mungkin  nanti akan berupa co-processor yang fungsinya sangat spesifik, seperti memecahkan soal-soal matematika yang sulit, membuat model sistem-sistem  kuantum dan melakukan pencarian yang tidak terstruktur (unstructured  searches). Pengolahan kata atau pekerjaan-pekerjaan perkantoran mungkin akan lebih mudah dijalankan oleh komputer PC yang ada saat ini.

Demonstrasi algoritma Shor yang  dilakukan IBM juga memperlihatkan manfaat dari eksperimen-eksperimen dengan komputer kuantum, sebuah pendekatan yang dirintis secara sendiri-sendiri di tahun 1990-an oleh Chuang  dan  Neil  Gershenfield  di MIT dan oleh David Cory dan rekan-rekan sejawatnya  juga  di  MIT.  Eksperimen NMR tersebut merangsang para ilmuan lainnya untuk mengembangkan perangkat-perangkat dasar yang dapat digunakan di banyak komputer-komputer kuantum di masa datang.

Sementara  NMR  akan  terus  menjadi  sarana  penunjang  bagi  pengembangan perangkat   dan  teknik-teknik  perkomputeran  kuantum,  mengembangkan dan mensintesiskan  molekul-molekul  dengan jumlah qubits lebih dari tujuh akan sangat  sulit.  Oleh  sebab  itu,  percobaan-percobaan  baru  di IBM dan di tempat-tempat  lain  tengah  diarahkan  untuk  mengembangkan  sistem-sistem perkomputeran  kuantum  yang dapat dengan lebih mudah ditingkatkan skalanya untuk  menangani  jumlah   qubit  yang  besar  yang  dibutuhkan  untuk aplikasi-aplikasi  praktis.  Salah  satu  pilihan  yang  potensial saat ini adalah perputaran elektron (electron spin) yang dikungkung (confined) dalam sebuah  nanostruktur  semikonduktor  (sering  disebut titik kuantum, atau " quantum dot"), perputaran nuklir yang diasosiasikan dengan ketidakmurnian (impurity)  dalam  sebuah  semikonduktor,  dan  flux elektronis dan magnetis melalui  superkonduktor.  Sementara  itu,  implementasi atom dan optik juga terus dievaluasi.
Tutang
Pranata Komputer Madya, di LIPI, Cibinong
Di majalah Ekonomi Rajat (1939) terbit iklan Wybert, yakni "Djampi ingkang mustadjab pijambak toemrap sakit gorokan, pilek, watoek, serak, l.s.s.". (Obat yang mujarab untuk menyembuhkan sakit tenggorokan, pilek, batuk, serak, dan lain-lain).

Obat ini dikemas dalam kaleng seperti kotak pastiles zaman sekarang, dengan "Tjap inten tiga". Setiap iklan terdiri dari tiga bagian berurutan, masing-masing menceritakan "bal-balan ingkang rame sanget. Sami kijatipun. Sami pinteripun. Ingkang ningali ngantos megeng napas". (Pertandingan sepak bola yang sangat seru. Sama kuat dan sama pintarnya. Yang menonton sampai menahan napas).

Pada bagian kedua, "Ingkang ningali gembira. Soerak-soerak, mbotohi sawoengipun pijambak". (Para penonton bergembira. Bersorak-sorak, menjagoi kesebelasannya masing-masing).

Bagian ketiga, "Achmad kraos sakit gorokanipun. Soelaiman tjaritos 'Nja! ngemoeta Wybert kaloro!". (Achmad merasa tenggorokannya sakit. Sulaiman berkata, nih, minumlah Wybert). Ilustrasinya menggambarkan suasana pertandingan sepak bola dengan penonton yang berteriak-teriak termasuk Achmad dan Soelaiman yang berjas dan mengenakan kopiah rapi. Rupanya lantaran berteriak habis-habisan si Achmad menjadi serak dan Soelaiman menawarkan Wybert.

Di bagian lain bercerita, "Kapal bidal-lampahan tebih dateng Mekah sampoen dipoen wiwiti...". (Kapal
berangkat-perjalanan jauh menuju Mekah dimulai...) Bagian dua, "Kadir kraos kirang saketjo, lesoe, sedih-maboek laoet? Kenging poenopo?". (Kadir merasa kurang enak badan, lesu, sedih-mabuk laut? Karena apa?). Bagian ketiga, "Kadji Oesman sampun asring lelajaran, ngertos srananipoen; Mangano Wybert! Men seger lan waras". (Haji Usman sudah sering bepergian naik kapal, mengerti obatnya; minumlah Wybert. Biar segar dan sehat!). Ilustrasinya menggambarkan suasana pelayaran dalam sebuah kapal.

Dan gambaran yang lebih eksplisit dari kualitas obat ini berbunyi: "Nalika Achmad bidal, benteripoen ngepleng, nanging wangsoelipoen djawah deres. Ingkang estri witjanten: wah kok kleboes. Ati-ati, lo, mengko pileg!", (Ketika Achmad berangkat panasnya bukan main, tapi pulangnya hujan turun sangat deras. Wah, basah semua. Hati-hati, nanti pilek!), lalu diakhiri dengan: "Enja dahar tablet Wybert ka loro, wong Wybert nolak lelara!". (Ini, minumlah Wybert, karena Wybert bisa menolak sakit).

Sementara pada tahun 1941, di Almanak Bale Poestaka (Volksalmanak Djawi) terbit iklan sabun mandi Lifebuoy, yang menggambarkan secara karikatural seorang lelaki muda berjas, bersarung, berkopiah, duduk diapit dua perempuan berkain panjang. Si lelaki tersenyum jumawa mengisap sebatang rokok. Gadis yang satu menyalakan api untuk si laki-laki, satunya menyodori segelas minuman, sementara di belakangnya tampak dua lelaki lain melotot terkagum-kagum, diimbuhi keterangan: "Kanapa si Amat ditjintai oleh gadis-gadis? Kanapa gadis-gadis soeka melajankannja? Karena ia tjantik parasnja...Karena ia haroem baoenja...Sebab...ia senantiasa mandi dengan Lifebuoy".

Iklan literer

Volksalmanak Djawi adalah salah satu buku seri terbitan Balai Pustaka, berisi berbagai informasi praktis. Sebutlah seperti jadwal kereta, petunjuk pariwisata, penanggalan atau kalender, pelayanan pos, artikel kesehatan, profil usaha, artikel seni-budaya, olahraga, cerita pendek, cerita anak-anak, informasi tentang sekolahan, aktivitas perempuan, cerita (saduran) wayang, anekdot ringan serta teka-teki (cangkriman).

Lantaran dijual murah, serial ini sangat laris hingga konon beberapa nomornya pernah terjual 10.000 eksemplar. Di situ juga dimuat berbagai "adpertentie" (iklan) bermacam-macam produk. Sementara majalah Ekonomi Rajat merupakan media berbahasa Jawa (beraksara Latin dan Jawa), terbit di Batavia.

Contoh-contoh iklan di masa awal perkembangannya di Indonesia itu merupakan bentuk iklan yang mengacu para paradigma "literer", yakni bentuk komunikasi yang bersandar pada bahasa verbal yang tertulis dan tercetak. Namun, bahasa "tulis" di situ tidak menunjuk pada tradisi "tulis" dalam arti tingkat keberaksaraan masyarakat yang tinggi karena hingga tahun 1940-an, menurut WF Wertheim, masyarakat yang melek huruf di Indonesia tak lebih dari dua persen.

Paradigma "literer" yang dimaksud adalah bahwa komunikasi dalam teks cetak merupakan tindak komunikasi yang membutuhkan intensitas intelektual. Dibutuhkan keleluasaan ruang dan waktu dalam kegiatan membaca karena membaca adalah suatu kegiatan yang terisolir, soliter, dan memerlukan konsentrasi lebih ketimbang mendengarkan radio atau menonton televisi.

Menghadapi selarik kalimat, sejumput paragraf, sebuah berita atau artikel, pada dasarnya kita sedang berhadapan dengan proposisi yang mengandung alur logika tertentu. Dalam tulisan yang tercetak, setiap kalimat adalah suatu pernyataan yang bisa diuji ulang, dicari relevansinya dengan kenyataan yang diacu dan diusut arah logikanya secara berulang-ulang guna menguji koherensinya. Dalam iklan "literer" yang penting bukan "kebenaran" faktualnya, melainkan bagaimana proses penyusunan proposisi tahap demi tahap sehingga penyimpulannya menjadi logis.

Halnya berbeda dengan media audio atau audio-visual yang membutuhkan pemahaman dalam waktu singkat dan serempak. Pernyataan dalam radio atau televisi cenderung berlangsung dengan cepat, dan sebelum semua tertangkap dengan baik, pernyataan yang lain sudah menyusul dengan cepat pula. Alhasil, yang tertangkap adalah rangkaian pernyataan atau tampilan yang bertumpuk-berkelindan, seperti kain perca pada sebuah dinding yang sukar ditemukan batas dan konteksnya.


Iklan tipografis-visual

Pada awalnya iklan memang sejenis penjelasan fungsi produk dengan informasi yang akurat, gamblang, dan koheren. Kemudian ia beranjak pada penampilan estetis guna memunculkan makna individual bagi konsumen atas produk yang dikonsumsinya sehingga iklan sering tampak simbolik. Setelah itu iklan cenderung melakukan personalisasi seperti iklan Chevrolet tahun 1950-an (di Amerika) yang mengatakan bahwa mobil tersebut sebagai "lebih dari sekadar mobil-sudah seperti anggota keluarga". Di situ bahasa iklan kadang tampak akrab, ringkas, bahkan puitis.

Kemudian, iklan berkembang menuju penampilan gaya hidup dan pembentukan identitas, dan yang terakhir iklan menjadi permainan imajiner sehingga tampak fantastik, liar, dengan gagasan-gagasan gila, unik, dan kadang tidak masuk akal. Pada tahap ini iklan adalah sebuah permainan citra yang menyeret penonton ke pusaran ekstase visual yang memabukkan, di mana koherensi, alur logika, dan konteks menjadi tidak penting lagi.

Pada tahap terakhir ini (bentuk) bahasa tipografis-visual telah menggantikan (bentuk) bahasa "literer". Tapi jika kita bandingkan iklan Wybert dan Lifebuoy yang terbit lebih dari 60 tahun silam itu dengan iklan Indonesia sekarang, rupanya bentuk "tipografis-visual" tidak benar-benar menggeser paradigma "literer".

Iklan televisi kita sekarang ternyata tidak bertumpu pada bahasa visual, melainkan lebih bersifat "literer" sehingga cenderung verbal, cerewet, bertele-tele dan menggurui; seolah- olah kita sedang berhadapan dengan buku atau diktat dan bukannya televisi (sebagai kotak gambar hidup). Bahasa iklan cetak kita sekarang pun belum berkembang menuju bentuk yang metaforik, simbolik, atau imajiner-puitik.

Apa boleh buat, ternyata tak banyak perkembangan yang berarti pada iklan kita. Iklan kita kini memang tampak lebih canggih, seksi, dan gemerlapan, namun belum beranjak ke mana-mana. Iklan "tipografis-visual"-nya masih terpenjara oleh bahasa "literer" yang verbal dan cerewet-menjelas-terangkan. Ia tak ubahnya juru khotbah yang berhadapan dengan khalayak yang (dianggap) bodoh, sementara iklan "literer"-nya juga sangat miskin eksplorasi bahasa.

Tapi, konon iklan semacam itulah yang dibutuhkan pihak produsen karena terbukti sangat "menjual". Dan, yang baik bagi produsen konon juga baik buat konsumen.

Akan tetapi, benarkah konsumen kita memang benar-benar bodoh ataukah itu hanya anggapan para pembuat iklan saja? Atau jangan-jangan ini bukti ketidakpahaman para pembuat iklan yang memperlakukan media "tipografis-visual" televisi dengan cara "literer"? Lalu siapa yang bodoh? Tanya, kenapa!

Wicaksono Adi Pemerhati Masalah Seni dan Budaya, Tinggal di Jakarta
Selain predikat sebagai homo religiousus, manusia juga dijuluki sebagai homo viator atau peziarah hidup.
Tulisan ini akan membincangkan manusia sebagai homo festivus, karena kita semua senang mengadakan festival yang terkait erat dengan aktivitas keberagamaan dan memaknai hidup sebagai sebuah ziarah.
Dalam sejarah, festival selalu mengacu pada pesta perayaan keagamaan, meskipun kemudian cenderung bersifat profan, tidak lagi berhubungan dengan agama. Semua agama punya tradisi festival, sebuah seremoni bersifat publik untuk memuja Tuhan yang dipelihara umatnya.
Dalam festival keagamaan terdapat enam elemen pokok. Pertama, untuk mengenang dan mengenalkan tradisi keagamaan agar generasi berikut dapat memahami dan ikut merawatnya. Kedua, membangkitkan kembali nilai-nilai dan semangat perjuangan hidup. Ketiga, membangun kohesi dan solidaritas sesama umat agar lebih solid. Keempat, sebagai hiburan agar kehidupan beragama juga bernuansa kebudayaan yang menggembirakan. Kelima, ada ritual-ritual pokok yang sudah baku dengan kostum unik dan khas. Keenam, merayakan kehidupan sebagai ekspresi rasa syukur kepada Tuhan.
Agama-agama besar dunia, seperti Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen, Islam, dan paham kepercayaan lain seperti Konfusianisme, Taoisme, Shintoisme, dan Baha’i masing-masing memiliki tradisi perayaan hari besar keagamaan. Agama Hindu sangat kaya dengan perayaan keagamaan meskipun sebagian besar berlangsung lokal, terutama upacara doa dan syukur berkaitan dengan hari panen. Di Bali, tiada hari tanpa membuat sesaji.
Perayaan umat Buddha yang paling meriah adalah hari Waisak untuk memperingati hari kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha yang terjadi dalam hari dan bulan yang sama antara Mei dan Juni. Mereka menghias kuil dan rumah dengan lilin dan lampu sebagai lambang pencerahan Buddha.
Hari raya umat Kristen yang paling menonjol adalah Natal, Paskah, dan Pantekosta. Hari Natal diyakini sebagai kelahiran Yesus Sang Penebus yang disambut dengan sukacita: menghias rumah dan saling bertukar hadiah. Perayaan Paskah menyambut kebangkitan Yesus memasuki kehidupan baru. Empat puluh hari setelah Paskah, umat Kristen merayakan Pantekosta, memperingati kehadiran Roh Kudus pada umat Kristen perdana di Jerusalem. Kehadiran Roh Kudus diyakini sebagai pengganti Yesus Sang Penolong bagi umat Kristen hingga hari ini.
Mengingat penduduk Indonesia mayoritas memeluk Islam, maka perayaan hari besar agamanya paling meriah, misalnya hari raya Idul Fitri dan hari raya haji. Belum lagi hari-hari lain yang juga setiap tahun dirayakan, seperti kelahiran Nabi Muhammad dan turunnya Al Quran. Festival keagamaan sekarang tambah meriah dengan hari raya Imlek oleh pengikut Konfusianisme.
Demikianlah, Indonesia mungkin sekali merupakan bangsa yang paling senang menyelenggarakan upacara dan festival keagamaan serta memiliki hari libur keagamaan paling tinggi di dunia. Dengan festival itu, emosi dan tradisi keagamaan dilestarikan serta diwariskan dari generasi ke generasi. Baik pemerintah maupun sekian banyak lembaga keagamaan turut meramaikan dengan biaya fantastis.
Agama festival
Tiada agama tanpa upacara dan festival. Dalam festival keagamaan sakralitas dan profanitas menyatu. Antara nilai-nilai agama dan budaya saling mengisi. Melalui wadah budaya, nilai-nilai agama diekspresikan dan dilembagakan sehingga masyarakat mudah memahami dan menerimanya. Budaya masyarakat yang beragam membuat ekspresi dan festival keagamaan juga beraneka. Agama yang diyakini datang dari sumber Yang Satu menjadi semarak dan beragam, ibarat pantulan cahaya lampu kristal atau warna-warni pelangi. Esensi cahaya dan air adalah sama, tetapi ekspresi warna bisa beda karena dilihat dari perspektif berbeda.
Dalam festival agama selalu didapati aneka macam simbol dan aksesori budaya. Misalnya, para imam mengenakan kostum yang khas dalam upacara keagamaan, beragamnya adegan, doa, dan aturan dalam upacara haji. Haji merupakan festival keagamaan paling akbar dan berulang tiap tahun. Di situ nilai dan keyakinan agama berbaur dengan dimensi-dimensi kultural. Orang berhaji tidak hanya beribadah, tetapi ada unsur rekreasinya. Fenomena ini pasti juga terjadi pada agama lain.
Disadari atau tidak, sering kali acara festival yang berdimensi budaya malah lebih diperhatikan ketimbang esensi pesan agamanya. Maka yang lebih fenomenal adalah agama festival, bukannya festival keagamaan. Ini juga terjadi pada komunitas agama di mana saja. Festival tahun baru di Barat semakin hilang dari penghayatan agama. Di Bali beberapa adegan tari yang semula dianggap sakral sekarang untuk konsumsi turis. Di beberapa daerah pesta Lebaran telah berubah jadi ajang budaya yang jauh dari pesan agama.
Acara halalbihalal oleh sebagian komunitas benar-benar telah jadi ritual budaya. Semua ini tentu saja memperkaya tradisi lokal dan nasional. Agama melahirkan festival budaya, tetapi pada urutannya festival yang semula religius cenderung menjadi profan.
Jangan pentingkan festival
Mengingat masyarakat Indonesia sangat majemuk dan kaya tradisi keagamaan, lama-lama akan terlembaga ”agama festival”. Yang penting festivalnya. Bukankah masyarakat kita memang dikenal santai, senang kumpul-kumpul, dan akomodatif terhadap berbagai unsur agama dan budaya sehingga melahirkan budaya eklektik, sinkretik, dan entah apa lagi?
Acara festival semakin beragam dan mapan ketika negara campur tangan dan menyediakan anggaran. Dari pemerintah pusat sampai daerah, berapa miliar rupiah dana dikeluarkan untuk upacara? Agar ada nuansa keagamaan, setiap upacara dibuka atau ditutup dengan doa, terlepas khidmat atau tidak. Di sisi lain, ketika menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sekarang sering tidak semangat dan tidak kompak. Artinya, ruh kebangsaan dan keagamaan semakin hilang dari serangkaian upacara kenegaraan dan festival kebudayaan.
Ketika nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, dan ketuhanan telah hilang dari sebuah festival, maka yang terjadi adalah sebuah pameran hedonisme yang dikemas oleh logika industri dan disponsori penguasa demi pencitraan belaka. Simbol dan retorika agama terkesan meriah dalam setiap festival keagamaan, tetapi nilai-nilai dan pesan agama serta kemanusiaan sebagai kekuatan yang membebaskan dan memperkuat kohesi sosial tidak tercapai. Maka festival sebagai sarana revitalisasi perjuangan hidup agar lebih produktif dan bermakna pun menguap, padahal biayanya sangat mahal.
Oleh: Komaruddin Hidayat Rektor UIN Syarif Hidayatullah Lihat sumber aslinya
Mula-mula ekonom Itali bernama Vilfredo Pareto (1848 - 1923) itu baru setengah kaget dengan hasil penelitiannya. Bahwa 80% kekayaan negara hanya dinikmati oleh 20% kelompok tertentu dari penduduk. Dengan kata lain, 80% dari penduduk hanya berkesempatan menikmati 20% dari kekayaan negara. Katakanlah kalau diasumsikan jumlah penduduk seluruhnya mencapai 100 juta jiwa, berarti hanya 20 juta jiwa yang kaya raya dengan mendapat 80% kekayaan negara. Sisa penduduk yang berjumlah 80 juta jiwa hidup pas-pasan karena kue negara yang hanya 20% harus dibagi-bagi. Karena setengah kaget dengan hasil penelitian tersebut, Pareto kemudian mengadakan penelitian di lain negara, ternyata hasilnya sama atau hampir sama.

Hasil penelitian Pareto ini sejak tahun 1897 akhirnya diresmikan menjadi sebuah rumus atau formula dengan berbagai macam nama: Pareto Principle; The Pareto Law; The 80/20 rule; The Principle of Least Effort; atau The principle of Imbalance. Konon karena Pareto dinilai kurang artikulatif dalam menjajakan temuannya ini berdasarkan perkembangan metodologi dan konteks penelitian, akhirnya mendorong para pakar untuk ikut terjun melengkapi rumus atau temuan yang dinilai sangat berguna bagi pencerahan peradaban manusia ini. Tahun 1949, George K Zipf, seorang professor dari Harvard University, mengembangkan wilayah penelitian dengan menjadikan temuan Pareto sebagai acuan. Hasilnya bahwa manusia, benda-benda, waktu, keahlian, atau semua alat produksi telah memiliki aturan alamiah yang berkaitan antara hasil dan aktivitas dengan jumlah perbandingan mulai dari 80/20 atau 70/30. Contoh:

Karena dianggap memberi pencerahan, rumus tersebut lalu diterapkan ke dalam pengembangan pribadi . Ternyata para pakar di bidangnya masing-masing menemukan sesuatu yang kira-kira sama dengan temuan Pareto. Artinya jika bicara hasil, ketepatan proses, dan kualitas maka hal-hal tersebut erat hubungannya dengan how well atau how good are you doing, bukan how often dan how long. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ditentukan sejauhmana anda bisa bekerja secara cerdas.

Beberapa contoh:
Dalam dunia bisnis, untuk merebut pasar anda harus berpikir minimalistis dalam arti ketepatan strategi yang tidak melebihi kebutuhan pasar. Artinya temukan 20% dari strategi yang bisa merebut 80% daya tarik pasar dengan memberi 80% premiun solusi kepada 20% pelanggan setia. Jangan mengobral strategi yang justru menghabiskan 80% cost padahal hanya akan menciptakan 20% rate of return (Mack Hanan, dalam Fast Growth Strategy, McGraw-Hill International, Singapore, 1987).

Penelitian dalam hal efektivitas dan efisiensi waktu menemukan bahwa 80% prestasi seseorang di bidang apapun diraih dari 20% waktu yang dikeluarkan. Dan 80% kebahagian hidup ditentukan dari 20% waktu yang digunakan untuk mencarinya. Tanyalah pada diri anda, berapa jumlah waktu yang benar-benar anda gunakan dalam kaitan dengan tujuan anda pergi ke kantor selain waktu macet, ngobrol, atau melamun, atau membicarakan persoalan lain dengan kawan kerja? Jika jawaban anda ternyata menggunakan rumus yang sebaliknya maka anda tidak memiliki perbedaan dengan orang lain dan itu smaa artinya bahwa anda belum menerapkan cara kerja cerdas.

Aplikasi Kerja Cerdas

Sebagai bangsa yang agamis sekaligus kaya budaya leluhur, sebenarnya seruan kerja cerdas ini bukanlah barang baru. Tetapi persoalannya lagi - lagi berupa tools yang tidak di-update. Selain disampaikan dengan "bahasa langit" yang seringkali menafikan proses pemahaman secara ilmiah dan alamiah pun juga tidak dilakukan elaborasi kontekstual. Akibatnya pemahaman tentang ajaran agama dan budaya hanya bekerja pada persoalan yang bersifat minoritas dalam kehidupan nyata. Sebelum Pareto mengumumkan hasil penelitiannya dengan formula 80/20, kita sudah diajarkan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan mubazir atau yang tidak perlu. Sayangnya, ajaran mubazir yang kita pahami hanya sebatas kalau kita membuang makanan yang tersisa. Amat jarang kita berpikir mubazir secara profesi, ekonomi, atau strategi.

Untuk menjauhkan diri dari tindakan yang mubazir dalam kaitan dengan realisasi kerja cerdas harus dimulai dari langkah-langkah berikut:

1. Fokus pada skala pengembangan
Jika anda yakin bahwa diri anda memiliki keunggulan atau bakat alamiah, disamping memiliki kelemahan yang diakibatkan oleh faktor heriditas atau lingkungan, maka yang benar-benar anda butuhkan adalah hidup dengan keunggulan tersebut secara cerdas (living with the advantage competitive factors). Hanya jika anda menemukan strategi hidup dengan keunggulan, maka anda akan keluar dari batas rata-rata prestasi lingkungan. Sebelum itu, paling maksimal yang bisa anda capai adalah kualitas hidup seperti orang lain atau seperti yang diraih oleh sepuluh orang yang anda kenal paling dekat. Lalu ke mana keunggulan tersebut diarahkan? Jelas, keunggulan itu harus diarahkan untuk mengoptimalkan apa yang disebut dalam rumusan Pareto dengan 20% of determining factors (factor penentu). Oleh karena itu, temukan apa saja yang menjadi faktor penentu keberhasilan anda dari sekian daftar kegiatan yang anda lakukan dalam hidup. Tinggalkan hal-hal yang tidak perlu dan fgokuskan hanya pada hal-hal yang berpotensi untuk pengembangan diri.

2. Berani Berkorban
Di dalam dunia yang sebesar ini terdapat sekian banyak "persoalan kecil" yang kalau anda tidak berani berkorban untuk memaafkannya bisa jadi persoalan itu akan mendominasi muatan pikiran anda yang akhirnya bisa membuat anda melupakan sisi keunggulan, cita-cita, fokus pengembangan diri, dan lain-lain. Contoh yang paling sederhana dan sering terjadi di depan mata kita adalah ketika sedang di jalan raya. Di luar dari persoalan tabrakan serius, terkadang hanya karena mobilnya tersenggol sedikit saja orang rela membuang banyak waktu dan kebahagiannya pergi ke kantor. Bahkan bisa berkembang ke arah baku hantam. Padahal kalau dimaafkan (mau berkorban sedikit dengan kehilangan uang beberapa ratus ribu saja untuk memperbaiki mobil yang lecet), maka semua urusan selesai.
Auditlah pikiran anda, persoalan apa saja yang kalau anda memaafkannya tidak akan merugikan anda secara misi atau visi dan tidak mengganti isi pikiran anda dengan muatan negatif. Untuk mengetahui apakah persoalan yang sedang anda hadapi tidak akan merugikan anda , gunakan standard audit berikut:
Apa saja yang menurut anda menjadi prioritas utama dalam kehidupan
Apa saja yang menurut anda didefinisikan sebagai persoalan penting dan tidak penting
Apa saja yang menurut anda didefinisikan sebagai persoalan darurat dan tidak darurat yang bisa jadi tidak penting dan tidak prioritas
Apa saja yang menurut anda didefinisikan sebagai persoalan "sampah" - tidak penting, tidak mendesak dan bukan prioritas utama. Namun dalam hal ini anda perlu menyeleksi secara ketat dan hati-hati, sebab bahayanya kalau anda secara mudah memasukan persoalan ke tong sampah ini maka anda bisa terjebak untuk meninggalkan misi atau fokus hidup hanya karena alasan mempertahankan posisi atau kondisi yang ada. Jika anda terjebak maka akhirnya rumus yang terjadi bukanlah 80/20 tetapi sebaliknya.

3. Membuat Sekat Pembatas
Pada akhirnya anda harus menentukan batasan-batasan tentang apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, apa modal yang dimiliki, dan akan kemana anda mengarahkan hidup anda. Dalam proses inilah terjadi seleksi dan pengecualian. Dari sekian luas dunia dan isinya, apa saja yang telah anda seleksi menjadi hal yang benar-benar anda inginkan sesuai format pondasi personal anda seperti: kiblat hidup, cita-cita, tujuan, target dan tindakan.Semakin jelas anda memiliki format seleksi dan pengecualian, fokus pada pengembangan diri diiringi keberanian berkorban dengan memahami, mengakui, membuang sesuatu yang tidak dibutuhkan dalam diri anda, maka akan semakin jelas wilayah dunia yang menjadi "hak" anda sehingga semakin tersimpulkan apa yang menjadi determining factors to success itu. Artinya faktor penentu semakin sedikit dan semakin sederhana dan biasanya yang sederhana itu justru akan bisa bekerja optimal. Sementara yang cenderung pelik, ruwet dan kompleks biasanya mandul. Semoga berguna.

Oleh Ubaydillah, AN
Sumber: Informasi Psikologi Online
Kebetulan saat ini kita tengah berada pada bulan Ramadhan, masa menjalankan ibadah berpuasa bagi umat Islam. Dari pengamatan saya, dalam kebanyakan budaya kita masa ini senantiasa diiringi dengan acara saling memaafkan, baik sebelum mulai menjalani puasa maupun pada saat Lebaran nanti.

Meski demikian, apa benar hanya pada masa-masa ini saja kita bisa memaafkan? Bukankah sesungguhnya dalam hidup sehari-hari kita juga sering terlibat dengan tingkah laku yang satu ini? Sebagai contoh, mari kita simak beberapa pertanyaan berikut.

Ada seorang istri bertanya, ”Mungkinkah saya memaafkan suami saya yang sudah berselingkuh? Sama sekali saya tidak menyangka dia tega melakukan hal itu kepada saya.” Seorang yang lain mengatakan, ”Bagaimana cara saya memaafkan kesalahan ayah saya yang sering memukuli saya dengan ikat pinggangnya waktu saya masih kecil.”

Pertanyaan lain, ”Pacar saya sering sekali terlambat datang, tidak sesuai dengan janji. Sekali dua kali, ya, saya bisa memaafkan, tetapi kalau terus-terusan?”

Arti maaf

Dari jawaban umum, kita bisa mengartikan memaafkan sebagai mengampuni kesalahan, tidak mendendam, memberi remisi, atau pembebasan .

Secara psikologis, memaafkan merupakan proses menurunnya motivasi membalas dendam dan menghindari interaksi dengan orang yang telah menyakiti sehingga cenderung mencegah seseorang berespons destruktif dan mendorongnya bertingkah laku konstruktif dalam hubungan sosialnya (Cullough, Worthington, Rachal, 1997).

Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di atas terlihat banyak kejadian menyakitkan hati akibat dicaci, dibohongi, ditipu, atau dikhianati orang lain, yang membuat kita sering sulit memberi maaf. Mengapa?

Fiksi

Menurut Janis Spring (1996), ada lima anggapan keliru tentang memaafkan yang mungkin membuat kita berhenti belajar melakukannya.

1. Pemaafan terjadi secara total dan sekaligus.

2. Ketika Anda memaafkan, perasaan negatif terhadap orang lain berganti menjadi perasaan positif.

3. Ketika memaafkan seseorang, Anda mengakui perasaan negatif Anda padanya adalah salah atau tak dapat dibenarkan.

4. Bila Anda memaafkan, Anda tidak akan mendapat imbalan apa pun.

5. Bila Anda memaafkan seseorang, Anda melupakan luka hati Anda.

Dengan memercayai fiksi-fiksi tersebut, maka sepertinya tingkah laku memaafkan jauh untuk bisa kita jangkau dan membuat kita jadi berpikir hanya orang suci atau nabilah yang dapat melakukannya karena harus dilakukan tanpa syarat, secara total, dan dengan cara mengorbankan diri pribadi.

Fakta

Padahal menurut Spring, ahli psikologi klinis dari Yale University, AS, memaafkan bukanlah tindakan yang bersih murni dan tidak mementingkan diri sendiri. Memaafkan adalah bagian dari proses yang dimulai ketika kita berbagi rasa sakit hati setelah peristiwa menyakitkan berakhir dan akan berkembang begitu kita punya pengalaman mengoreksi diri, yang membangun kembali rasa percaya dan keakraban terhadap orang lain.

Untuk memperbaiki dugaan keliru tadi, kita perlu melihat kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada kita sebagai
manusia biasa agar dapat lebih mudah belajar memaafkan kesalahan.

Fakta 1. Proses memaafkan selalu berlangsung perlahan dan berlanjut sepanjang hubungan kita dengan orang tersebut. Mungkin saat ini kita hanya dapat memaafkan kesalahan seseorang sebanyak 10 persen, dan begitu kita membina hubungan kembali kita mungkin dapat menambah dengan 70 persen, tetapi tak pernah lebih banyak lagi.

Hal di atas sah-sah saja. Kita tak perlu menjadi orang baik bila kita memaafkan secara total, kita juga tak perlu menjadi jahat bila tak bisa melakukannya. Kita hanya dapat memberi apa yang mampu kita berikan dan apa yang orang lain peroleh.

Fakta 2. Beberapa orang mungkin bertahan untuk memaafkan karena melihatnya sebagai ”penghentian
permusuhan/dendam”, suatu kondisi di mana kepahitan lenyap digantikan rasa cinta dan kasih. Padahal sebenarnya tak ada orang mampu mencapai kondisi seperti itu.

Dalam hidup, luka psikis tak pernah sepenuhnya sembuh atau menghilang, ataupun secara ajaib digantikan hal positif lain. Yang benar, seperti halnya cinta yang matang, memaafkan membolehkan adanya pertimbangan serempak antara perasaan yang bertentangan, gabungan dari rasa benci dan cinta.

Bila kita memaafkan, kebencian kita tetap ada, tetapi diimbangi dengan kenyataan orang yang menyakiti tidaklah begitu buruk ataupun kita yang telah sangat naif.

Fakta 3. Sebenarnya, dengan memaafkan bukan berarti kita mengingkari kesalahan pelaku atau ketidakadilan yang telah terjadi, tetapi hanya membebaskannya dari ganti rugi (retribusi).

Fakta 4. Beberapa orang tak mau memaafkan karena berpikir, ”Mengapa saya harus membebaskan seseorang dari kewajiban memperbaiki kesalahannya?”

Padahal, dengan memaafkan tidak berarti kita lemah atau harus membuat orang lain jadi tidak bertanggung jawab. Bila tujuan kita berekonsiliasi, memaafkan memerlukan penebusan dari pelaku. Pemaafan yang sesungguhnya tak bisa diberikan sampai pelaku membayarnya melalui pengakuan, penyesalan, dan penebusan.

Fakta 5. Yang benar, bagaimanapun orang yang disakiti tak pernah akan lupa seperti apa kita telah diperdaya atau dikhianati, apakah kita memaafkan atau tidak.

Setelah bertahun-tahun berlalu, kita akan tetap bisa mengingatnya, tetapi hanya sebagai bagian dari suatu
gambaran/potret yang juga melibatkan masa-masa kebersamaan lain yang lebih positif dengan pelaku.

Salam hangat.

Oleh: Agustine Dwiputri, psikolog
Sekarang politisi tahu bahwa setiap langkah—kata ataupun ekspresi—akan direkam, dikemas, dan dihubungkan ke seluruh dunia, dalam beberapa menit.” (Edward Luce, Financial Times, 13/6/2008)

Semula, mata kuliah yang diunggulkan di jurusan komunikasi sejumlah universitas adalah Media, Teknologi, dan Masyarakat (Society). Namun, dari satu sesi di dalam mata kuliah itu, yakni yang terkait dengan kekuasaan, kemudian oleh Program Studi Hubungan Internasional FISIP UI dimunculkan menjadi satu mata kuliah sendiri, yakni Media, Teknologi, dan Kekuasaan (Power).

Mahasiswa dengan itu lalu mendapatkan aktualisasi dari penerapan teknologi baru, khususnya di bidang media, dalam kaitannya dengan praksis politik. Ketika hari-hari ini berlangsung rangkaian proses pemilihan presiden AS, contoh aktual tersebut bertambah nyata.

Pada harian ini, Kamis (12/6), peneliti CSIS, Philips J Vermonte, juga menjelaskan beberapa aspek pemanfaatan media untuk pencapaian tujuan politik. Mengutip majalah The Atlantic Monthly edisi Juni 2008, Vermonte menyebutkan bagaimana cara komunikasi politik mengalami transformasi dari masa ke masa. Andrew Jackson, misalnya, membentuk Partai Demokrat saat teknologi cetak mengalami kemajuan pesat pada awal 1800-an. Jackson mengorganisasi editor dan penerbit untuk membentuk parpol. Lalu Abraham Lincoln menjadi tokoh legendaris setelah transkrip kampanye presidennya disebarluaskan melalui koran yang saat itu berkembang marak di AS.

Pada masa berikutnya, Franklin Roosevelt memimpin AS melalui masa sulit mengampanyekan program New Deal secara efektif lewat pesan radio. Akhirnya, John Kennedy jadi sangat populer setelah debat antarcalon presiden pertama kali disiarkan televisi. Kennedy sejak itu giat memanfaatkan televisi untuk memperkuat citranya.

Media baru

Memang hal yang tak diragukan lagi, media terbukti merupakan alat efektif untuk menjangkau massa pemilih bagi para kandidat, dan corong bagi pemegang kekuasaan.

Meski sejumlah politisi Indonesia telah gencar menghadirkan diri di media, dari iklan Ketua Umum PAN hingga situs web mantan Ketua Umum Partai Golkar, itu masih merupakan pemanfaatan paling basic.

Bandingkan dengan yang dilakukan kandidat dari Partai Demokrat, Barack Obama, dengan internet. Dengan mengeksploitasi sifat Web 2.0 yang menekankan pada komunitas, tim Obama telah menggelar 30.000 acara dalam 15 bulan kampanye pemilihan pendahuluan. Rekaman video kegiatan yang digelar bisa diakses melalui situs YouTube, My-Space, dan Facebook. Pendukung juga dapat menikmati berbagai pesan kampanye melalui iPod.

Kubu Obama juga menyadari, kampanye politik tak bisa sepenuhnya bersifat ”putih”. Buktinya, Obama diserang dengan berbagai macam isu. Kampanye hitam ini pun ia jawab melalui internet, yaitu dengan meluncurkan situs Fight the Smears
(Perangi Cela).

Dengan berbagai kiprah kampanye di internet, Edward Luce menulis, kalau ada medali emas dalam pemanfaatan teknologi baru untuk tujuan politik, maka setiap aficionado akan menyerahkannya kepada Obama (Financial Times, 13/6).

Ide itu masuk akal juga karena kanal Obama di YouTube punya hampir 1.300 video yang dibuat staf kampanyenya, dan itu setiap hari terus bertambah. Dari sisi orang yang melihatnya, video Obama telah ditonton 50 juta orang, sementara kanal YouTube John McCain yang punya 200 video baru ditonton 4 juta orang.

Tiga manfaat

Menurut Direktur Media Baru Obama Joe Rospars, tim kampanye melihat internet sebagai alat yang bisa untuk mencapai tiga sasaran, yakni membantu mengorganisasi pendukung, mengumpulkan dana, dan menyampaikan pesan (telling the campaign’s story).

Berkembangnya dukungan terhadap Obama di internet juga disebabkan oleh sikap ”silakan saja”, laissez-faire, Obama, di mana pendukung dipersilakan ikut membangun konten kampanye dan bahkan membangun situs pendukung masing-masing, seperti juga kita lihat di Indonesia. Ada yang menyebut, kampanye Obama demikian internetfriendly. Sementara kedua calon lain, dalam hal ini Hillary Clinton dan John McCain, lamban dalam memanfaatkan potensinya. Ada kesan, tim kampanye Hillary menerapkan pengawalan terhadap isi situs mereka (gate-keeping). Padahal, semakin enteng video di era YouTube ini, semakin cepat ia menyebar.

Namun, dengan semua kemajuan ini, politisi juga menarik kearifan dari pemanfaatan teknologi baru.

Akan meluas

Apa pun, kini teknologi baru telah tersedia bagi para aspiran politik yang sedang mendambakan kekuasaan. Memang untuk berbagai negara, terkait dengan infrastruktur yang terpasang, masih banyak dianalisis, mana teknologi yang paling efektif dari teknologi tersebut. Salah satu analisis disampaikan pakar komunikasi Ade Armando dalam Seminar Asosiasi Ilmu Politik Indonesia di Banjarmasin pertengahan April silam. Karena internet masih terbatas di kota-kota besar, televisi dan media cetak dipercayai masih pemegang peranan terbesar dalam pemanfaatan teknologi media untuk politik.

Masalahnya, media yang besar pengaruhnya itu juga tidak selamanya bebas nilai. Pada masa lalu, Hitler menjadikan media untuk propaganda besar-besaran bagi cita-cita Nazi-nya (lihat Media and Society in the Twentieth Century, Gorman & McLean, 2003). Orde Baru juga melakukan hal yang sama.

Bahkan, karena besarnya pengaruh media seperti televisi, sosok seperti PM Italia Silvio Berlusconi dan keluarganya mengontrol jaringan penyiaran swasta Mediaset, yang diperkuat dengan tiga kanal terestrial (Financial Times, 13/6).

Selain untuk memengaruhi rakyat pemilih, medium seperti televisi juga besar peranannya dalam penyebaran nilai. Jadi, tidak heran apabila pemilik modal—apalagi yang punya cita-cita politik—tak ragu untuk berinvestasi besar dalam pertelevisian.

Di era pemilihan, politisi akan semakin luas memanfaatkan teknologi baru media.
Lihat Sumber Aslinya 

Ilmu kimia kini telah berkembang begitu pesat. Barat mampu mengembangkan ilmu tersebut untuk meraih berbagai kemajuan. Meski sebenarnya, pada mulanya ilmu kimia dirintis oleh putra terbaik Islam dalam bidang tersebut, yaitu Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, yang di negeri Barat lebih akrab dipanggil dengan sebutan Ibnu Geber. Jabir lahir pada 766 M di Kuffah, Irak. Ayahnya adalah ahli obat. Ia pernah mendapatkan bimbingan dari Imam Ja'far Sadiq dan seorang pangeran dari Bani Ummayah, Khalid Ibn Yazid.

Dalam usia yang belia, ia telah menguasai ilmu pengobatan dengan bimbingan gurunya, Barmaki Vizir yang hidup pada zaman Dinasti Abbasiyah di bawah kekuasaan Harun Al-Rasyid. Ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Dalam melakukan berbagai eksperimen ia menggunakan instrumen yang dibuatnya sendiri, yang berasal dari logam, tumbuhan, dan hewan. Setelah beberapa lama di Damaskus, kemudian ia kembali ke tanah kelahirannya, Kuffah.

Berbagai eksperimen telah ia lakukan menggunakan teknik yang menakjubkan dalam bidang kimia yang kini menjadi dasar dalam mengembangkan ilmu kimia modern. Di antaranya adalah kristalisasi, distilisasi/penyulingan, kalsinasi, dan sublimasi. Jabir ibnu Hayyan juga membuat instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Jabir menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan,pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Ia juga meletakkan dasar teori oksidasi-reduksi, selain juga sematan atau fiksasi, dan amalgamasi., dan oksidasi-reduksi. Semua teknik yang digunakan kala itu kemudian menjadi dasar pengembangan kimia modern.

Khusus mengenai kalsinasi dan reduksi ia menyatakan bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran. Langkah selanjutnya adalah memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Jabir juga telah memberikan sumbangan besar di dunia kimia dengan menemukan mineral dan asam lainnya.

Terlepas dari kontribusinya meletakkan dasar ilmu kimia, termasuk secara luas mempersiapkan senyawa baru dan mengembangkan metode kimia, ia juga mengembangkan sejumlah proses kimia terapan. Tak heran jika kemudian ia menjadi pionir dalam ilmu terapan. Pencapaian Jabir dalam bidang ini adalah pengembangan logam, besi, penggunaan mangan dioksida dalam pembuatan gelas, mencegah karat, pelapisan emas. Ia pun mampu mempermudah dan membuat proses distilasi lebih sistematik Meski secara pesat Jabir menjadi pionir dalam bidang kimia, ia tak berhenti untuk mengembangkan ilmunya. Ia kemudian mengembangkan sebuah teori yang disebut teori keseimbangan.

Para ahli kimia modern menyatakan bahwa teori tersebut menjadi terobosan baru dalam prinsip dan praktik kimia. Dalam teorinya tersebut Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi, yang merupakan studi makna mistis dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia, yang ia terapkan dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Teori ini memiliki arti esoterik, karena kemudian menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia. Melalui teori ini kemudian terurailah proses pembuatan asam anorganik.

Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal Hikmah atau rongga dada kearifan. Berdasarkan penelitian terhadap peralatan yang ditemukan di laboratorium milik Jabir yang telah runtuh, ia rupanya telah mengelompokkan perumusan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya.

Pertama adalah air yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida. Kedua adalah logam seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan ketiga adalah senyawa yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Buku-buku karangannya, telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan berbagai bahasa Eropa. Terjemahan atas karyanya begitu terkenal di Eropa dan dalam beberapa abad lamanya menjadi rujukan dalam mengembangkan ilmu kimia. Dan sejumlah istilah teknis yang dikenalkan oleh Jabir, seperti alkali, hingga sekarang telah diadopsi ke dalam bahasa Eropa dan menjadi perbendaharaan kata ilmiah di dunia.

Di antara buku yang terkenal dan menjadi rujukan di Eropa adalah Kitab Al-Kimya dan Kitab Al-Sab'een, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al-Kimya kemudian diterbitkan ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy sedangkan Kitab Al-Sab'een diterjemahkan oleh Gerard Cremona. Pada 1678, seorang Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection. Buku ini menjelaskan mengenai sebuah reaksi kimia, air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap.

Yang benar adalah bahwa keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik masing-masing unsur.

Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern. Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance. Seluruh karya Jabir ibn Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada abad pertengahan. Jabir Ibn Hayyan meninggal pada 803 M di Kuffah. Namun namanya tetap harum sebagai ilmuwan Muslim yang berprestasi tinggi hingga kini.
Sumber: Republika Online

Quantum selalu terdengar misterius. Huruf Q saja sudah misterius. Quantum sudah menjadi populer, dijadikan merk, tetapi sebetulnya tidak dimengerti. Quantum berlawanan dari fisika klasik dan semua intuisi kita. Engineering menghindari ilmu ini karena terlalu teoritis dan tidak bisa diaplikasi. Tapi ini mungkin adalah satu-satunya harapan untuk menghindari akhir dari kemajuan komputer.

Meskipun kita selalu heran melihat model komputer baru muncul setiap bulan, secara teoritis ini ada ujungnya. Komputasi masa kini - komputer konvensional - dikerjakan oleh transistor, dan kecepatannya bergantung pada ukuran transistor. Kemajuan komputer yang sampai sekarang terjadi adalah karena transistor menjadi semakin kecil. Gordon Moore, co-founder dari Intel, pada tahun 60-an berkata, jumlah transistor per inchi persegi akan berlipat dua kali setiap tahun.Suatu hari transistor itu bisa menjadi sebesar satu atom dan Richard Feynmann, fisikawan terhebat sejak Albert Einstein, berpendapat bahwa ini adalah ukuran transistor terkecil yang mungkin. Tentunya ini keberhasilan luar bisa untuk mencapai ukuran itu, namun apakah ini betul-betul akhir dari kemajuan komputer? Tidak, dengan adanya Quantum Computer. Quantum Computer, berbeda dengan banyak istilah lain, memang memakai fenomena quantum yang tidak bisa ditiru komputer konvensional. Ini bukan pengembangan komputer biasa, melainkan konsep yang baru sama sekali.

Quantum Computer dapat memproses jauh lebih cepat daripada komputer konvensional. Pada dasarnya, quantum computer dapat memproses secara paralel, sehingga berkomputasi jauh lebih cepat. Untuk 1.000.000 data, komputer convensional perlu 500.000 perhitungan, sedangkan Quantum Computer hanya perlu 1000. Artinya, bisa 500 kali lebih cepat! Ini hanya bisa dicapai dengan teori Quantum. Quantum, berlawanan dari intuisi kita, berkata bahwa tidak ada sesuatu yang pasti. Sebuah partikel tidak bisa dikatakan pasti berada di suatu tempat, melainkan hanya probabilitas yang disebut fungsi gelombang.

Kalau kita mencoba mencari atom dengan mikroskop tercanggih pun, kita tidak akan bisa tahu persis di mana atom itu berada. Ini bukan kekurangan pada alat, ini adalah sifat alam itu sendiri yang aneh. Pada saat diamati, fungsi gelombang ini runtuh dan partikel itu menjadi nyata (karena itu, kita tidak pernah melihat sebuah fungsi gelombang). Misal sesuatu partikel hanya mungkin bisa berada dalam dua kondisi A atau B. Kalau kita amati, akan kita peroleh A atau B, bergantian. Namun selama tidak diamati, partikel itu akan berada pada A dan B bersamaan (partikel itu berada dalam superposisi dari A dan B).

Seperti seseorang bingung memilih antara ayam dan ikan di restoran, dia akan selama mungkin menahan keputusan dan melihat menu terus, berpikir, sampai saat pelayan datang dan dia akhirnya harus memesan salah satu. Tetapi sebelum pelayan (pengamat) datang, dia berada dalam superposisi dari ayam dan ikan. Erwin Schrvdinger, penemu prinsip ketidakpastian ini, dalam eksperimen khayalan Schrvdinger's Cat, bahkan membuktikan bahwa sebelum diamati, kucing dalam eksperimennya bisa berada dalam keadaan hidup dan mati sekaligus - hidup juga dan mati juga!

Sifat yang aneh dan membingungkan ini justru diandalkan Quantum Computer. Sehebat-hebatnya komputer konvensional, dia selalu bekerja dengan bits, angka biner yang hanya bisa 1 atau 0. Quantum Computer bisa lepas dari restriksi ini, karena bisa berada dalam keadaan superposisi 1 dan 0 pada saat yang sama. Angka ini dinamai qubits (quantum bits, tentunya) yang bisa 1, bisa 0 atau bisa berada di antara 1 dan 0 - ingat, ini bukan berarti 0,6 melainkan 60% probabilitas A dan 40% probabilitas B.

Qubits yang digunakan adalah spin dari atom atau elektron. Spin yang tidak ada analogi di fisika klasik adalah sifat suatu partikel yang memiliki dua alternatif, up atau down. Kita bisa menganggap bahwa up adalah 1 dan down adalah 0. Selama tidak diamati, qubits bisa berada dalam superposisi dari up dan down, dan berinteraksi dengan qubits lain. Dua qubits bisa berada dalam empat keadaan sekaligus: 00, 10, 01 dan 11; empat qubits bisa delapan keadaan sekaligus. Sebuah quantum computer dengan 100 qubits bisa memproses 2100 keadaan bersamaan, sama seperti komputer konvensional dengan 1030 prosesor!

Apakah betul Quantum Computer ini bisa dibuat? Jawabannya, Quantum Computer sudah pernah dibuat! Tahun 2000, IBM sudah membuat quantum computer dengan 5 qubits dengan atom sebagai prosesornya.
Pertanyaanya kini, apakah quantum computer ini bisa ekonomis untuk semua orang? Dengan potensi yang luar biasa, tentunya quantum tidak hanya dilirik oleh fisika teori tapi juga oleh engineering. Suatu hari, dan mungkin tidak lama lagi, kita bisa saja melihat Quantum Computer bukan sebagai impian tapi sebagai kuliah teknik.
Sumber : Pikiran Rakyat  
Oleh : Aree Witoelar, Alumnus Teknik Fisika ITB, sedang menyelesaikan program Master di University of Groningen, Belanda.